Bleach - Kurosaki Ichigo's Sword Zangetsu
Friday, April 22, 2011 0 comments

Live In XIA-2

     Kemaren ini tanggal 18-19 April gw ikut live in yg diadain sekolah ke panti asuhan "Pintu Elok" yang berada di Jl. Benda Barat 6, Pamulang, Tangerang Selatan. Awalnya sih pas disuruh ikut pada ga ada yang mao, tapi ga tau kenapa akhirnya malah jadi kelebihan peminat. Jadi tuh di SMAK 3 tiap taon ngadain live in per kelas, tiap kelas tujuan pantinya beda-beda.Kelas gw kedapetan ke "Pintu Elok" soalnya banyak juga yang pada ga mao nerima, mungkin dikira bakal bikin repot kali ya tapi emang lebih banyak ngerepotin juga sih dari pada ngebantu keliatannya.. Hahaha..

     Kita pergi ke sana ber-12 : Gw, Ardel, Irka, Wilsen, Tommy, Denny, James, Brandon, Ivana, Alvin, Valdy, sama Debora. Harusnya ber-13 sama Arlin cuma dia tiba-tiba ga bisa ikut karna ada urusan.

    Yak, sebelom berangkat kami janjian ngumpul di sekolah jam setengah tujuh, berhubung namanya juga orang Indonesia ada budaya "jem karet" jadi akhirnya pada ngumpul semua sekitar jam delapanan. Kita jadi pake 3 mobil kesananya.

     Sesampenya disana, kita keliling liat-liat kondisi disana sekalian ngasih sumbangan sembako dari kita buat mereka. Masih pada sepi soalnya anak-anaknya lagi sekolah, jadi yang ada disana pas kita sampe cuma yang masih bayi n balita. Disana ada foto anak-anak pantinya, kurang lebih 52 orang mulai dari yang masih bayi sampe yang udah umur 20an. Di dinding-dinding panti banyak dipasang Quote, ayat, dan kata-kata yang membangun. Ada satu ayat yang cukup menyentuh yang dipajang disana.
"Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku" Mazmur 27:10
Gw bersyukur masih punya orang tua, masih banyak orang diluar sana yang ga seberuntung gw.

     Kita dikasi tugas bantu-bantu dan bikin sejenis pajangan buat kenang-kenangan dari kita. Disana kita cuma bisa bantu ngajar, ngejagain anak panti, sama mimpin renungan pagi mereka. Ga bantu masak soalnya kita juga ga ada yang bisa masak. Singkatnya lebih banyak ngerepotinnya.. Hahaha...

     Meski anak-anaknya kadang suka geganggu, tapi gw bersyukur bisa punya pengalaman kaya gini. Satu hari turut ngerasain gimana mereka hidup. =D



Wednesday, April 13, 2011 1 comments

Kok Berat Sih...? ( Kasih Kristus )

"Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu". Matius 11:28

Jam 7 malam. Sudah cukup lama aku berkutat dengan pekerjaanku. Aku bersiap-siap untuk meninggalkan kantor. Dengan enggan kuangkat tas berat itu ke pundakku. Beban yang menekan di pundakku terasa begitu mengganggu, tapi aku memang harus membawa tas ini.

Di perjalanan pulang, aku mengendarai sepeda motorku masih dengan konsentrasi pada tas yang membebani pundakku. Seorang anak kecil menyeberang dengan sepedanya tanpa melihat ke kiri dan ke kanan. Huh, aku memaki dalam hati. Kecil kecil sudah menyebalkan, gimana gedenya nanti.

Aku melanjutkan perjalanan masih dengan sejuta omelan dalam hati. Ingin rasanya cepat sampai di rumah, supaya aku bisa beristirahat. Suara klakson yang berbunyi nyaring mengagetkan aku dari lamunanku. Kulirik spion dan kulihat seorang anak muda dengan mobil mewahnya membunyikan klakson dengan nada tak sabar.

Huh, kenapa sih dengan orang-orang ini? Emangnya dia nggak lihat kalau jalanan emang lagi macet? Emangnya dikira enak membawa tas seberat ini?

Ketika sampai di rumah, ternyata perasaan nyaman yang kuimpikan tak dapat kutemui. Suasana hiruk pikuk keluargaku terasa seperti dentuman-dentuman keras di kepalaku. Lagi-lagi aku memaki dalam hati. Aku capek. Aku ingin istirahat. Berat sekali yang harus aku angkat. Kenapa sih nggak ada yang mau mengerti?

Malam hari. Akhirnya aku memperoleh ketenangan. Aku bisa tidur dan beristirahat. Tapi tas besar dan berat ini terasa mengganggu sekali. Aku tak bisa tidur. Tapi aku tak bisa melepaskannya. Aku kesal."Bapa, kenapa sih berat sekali? Sungguh-sungguh sangat mengganggu"

Aku mengeluh sambil meneteskan air mata.

"Mengapa engkau tidak meletakkan tas itu anakKu?"

"Tapi aku tak bisa Bapa"

"Kenapa?"

"Lihatlah, semua tas ini berlabelkan tanggung jawab. Semua harus aku bawa setiap saat, aku tak bisa meletakkannya. Tas hitam yang paling besar ini, lihat tulisan di depannya, PEKERJAAN. Semua tanggung jawab pekerjaanku ada di dalamnya. Lalu yang coklat ini, KELUARGA. Aku juga tak bisa meletakkannya. Semuanya adalah bebanku. Dan yang biru ini, PELAYANAN. Engkau tentu tak ingin aku meletakkannya bukan?"

Aku berusaha menjelaskan.

Bapaku yang baik hanya tersenyum, lalu mendekatiku, "Kemarilah, Aku ingin melihatnya". Ia melihat tas hitam besar yang kuletakkan di pundakku.

"AnakKu, engkau dapat meletakkan tas ini. Ini memang tanggung jawab pekerjaanmu. Dan engkau memang harus menanggungnya. Namun saat engkau melangkah keluar dari kantor, engkau dapat meletakkan tas ini di samping meja kerjamu. Tenanglah, tidak akan ada yang mengambilnya. Lagi pula semua isinya adalah tanggung jawabmu bukan? Percayalah, tak akan ada yang tertarik untuk mengambil tas ini, sehingga keesokan hari, saat engkau kembali ke kantor, pasti tas ini akan tetap ada di sana , dimana engkau meletakkannya. Dan engkau dapat mengambilnya kembali dan melanjutkan tanggung jawabmu".

Ia tersenyum menunggu jawabanku.

"Benar Bapa, tapi aku tak dapat meletakkannya. Ia melekat terus di pundakku".

Ia menatapku dengan penuh kasih, lalu perlahan mengambil tas itu dari pundakku.

"Kemarilah anakKu. Di saat engkau tak dapat meletakkannya, Aku dapat membantumu untuk meletakkannya. Dan esok, Aku pun dapat membantumu untuk mengenakannya kembali."

Ia meletakkan tas hitam itu di dekat tempat tidurku. Rasanya pundakku lega sekali. Tas paling berat yang selalu menekanku telah diambil. Aku menggerak-gerakkan pundakku sambil tersenyum.

"Engkau benar Bapa, rasanya enak sekali. Ringan. Besok aku akan lebih siap untuk melanjutkan pekerjaanku. Esok, pasti tas itu tidak akan terasa terlalu berat lagi".

Aku menatap wajah Bapaku yang penuh kasih. Sungguh indah senyum dan sinar mataNya. Ia menatap tas coklat di pundakku.

"Lalu itu? engkau tidak ingin meletakkannya juga?"

"Bapa, aku tidak bisa. Ini adalah tanggung jawab KELUARGA. Kemanapun aku pergi aku harus membawanya."

"AnakKu, Aku sungguh bahagia karena engkau memperhatikan setiap tanggung jawab yang kuberikan padamu mengenai keluargamu. Tapi engkau pun tak boleh lupa, bahwa keluargamupun adalah milikKu. Dan aku memelihara setiap kepunyaanKu. Engkau memang harus membawa tas itu bersamamu, tapi sesekali letakkanlah, agar engkau dapat bermain dengan bebas dengan keponakanmu, bercanda dengan kakakmu, atau sekedar berbincang dan bercerita dengan orang tuamu. Rasanya belakangan ini Aku jarang melihatmu melakukannya".

Aku tertunduk malu. Ia benar. Aku membawa tas ini kemana-mana, dan kulaksanakan setiap tanggung jawab untuk keluargaku, tapi sepertinya ternyata tas ini menjadi jauh lebih berharga dari pada kehadiran keluargaku sendiri.

Sekali lagi Bapa mengambil tas dari pundakku.

"Mari anakKu, letakkanlah. Di saat engkau perlu, letakkanlah. Karena engkau dapat yakin, walaupun engkau meletakkannya dan meluangkan waktu dengan keluargamu, Akulah yang akan tetap menjagamu dan keluargamu".

Dan pundakku menjadi jauh lebih lega. Kini hanya tinggal satu tas biru yang masih memberati pundakku.

"Bapa, tas yang satu ini sungguh-sungguh tak dapat kuletakkan. Setiap saat setiap waktu aku harus membawanya. Karena setiap detik kehidupanku adalah pelayananku untukMu. Engkau tentu tak ingin aku meletakkannya bukan?"

"Hmm... benar juga".

Aku terkejut mendengar jawabanNya. Sepertinya agak tidak sesuai harapanku. Ia telah membantuku meletakkan kedua tasku sebelumnya, dan sepertinya aku sungguh-sungguh berharap agar tas ini juga dapat kulepaskan.

"Mari coba kulihat tas itu"

Ia melihat dan meraba tas biru yang masih melekat di pundakku.

"Anakku, sepertinya ada yang salah dengan tasmu ini. Kemarilah, coba lepaskan".

Ia mengambil tas biruku.

"Anakku, engkau benar. Aku ingin agar engkau selalu melayaniKu dalam setiap detik kehidupanmu. Dan percayalah, itu sungguh-sungguh menyenangkan hatiKu. Tapi sepertinya tasmu ini bahannya terlalu berat, sehingga menekan pundakmu terlalu berat."

Kemudian Ia memberikan aku satu tas biru yang lain.

"Ini, pakailah tas ini sebagai gantinya. Ini merupakan tas dengan bahan KASIH. Jika engkau meletakkan semua pelayananmu di dalamnya, niscaya engkau tidak akan terbebani dengan tasmu ini".

Aku menerima tas baruku dari tanganNya, lalu memindahkan semua isi tas lamaku ke dalam tas berbahan KASIH itu. Aku mencoba mengangkatnya. Ternyata Bapaku benar. Tas itu kini terasa ringan dan sungguh nyaman di pundakku.

Aku memandangNya penuh kasih.

"Terima kasih Bapa. Aku sungguh mengasihiMu. Terima kasih untuk pelajaranMu hari ini".

Pagi ini aku memulai hari dengan senyuman. Istirahatku sudah cukup. Dan aku siap untuk menghadapi tantangan hari ini. Di perjalanan, aku masih tetap bertemu orang-orang yang menyebalkan, namun tidak lagi memaki dalam hati, melainkan aku berdoa untuk mereka. Mungkin mereka juga masih selalu membawa tas mereka kemana-mana atau mereka juga mengenakan tas dengan bahan yang salah. Banyak sekali. Aku melihat ada yang membawa dua tas besar, tiga bahkan empat. Tulisannya pun bermacam-macam, ada PEKERJAAN, KELUARGA, PELAYANAN, KULIAH, SEKOLAH, BISNIS, dan masih banyak lagi. Memang tanggung jawab adalah sesuatu yang harus kita pikul dan harus kita selesaikan. Tapi kita pun harus tetap belajar untuk menempatkan di saat mana kita harus mengangkat dan di saat mana kita harus meletakkan.

"Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari". Matius 6:34

God Bless.. =)
Wednesday, April 06, 2011 0 comments

SIDI

Setelah 9 bulan gw mengikuti katekisasi di gereja, akhirnya sampailah di akhir katekisasi, Babtis. 9 bulan yang lalu gw mulai ikut katekisasi, tiap hari Selasa jem tujuh malem kurang lebih satu setengah jam. Dan akhirnya bisa bertahan juga selama 9 bulan (meskipun kadang males juga gw gara" nabrak jem belajar gw n hari Rabu tuh kalo ulangan jadwalnya biologi .. Maaf ya Tuhan.. =D)

Katekisasi tuh semacem persiapan buat calon-calon yang bakal dibabtis suapa imannya ga gampang goyah. Di setiap pertemuan dibahas sebagian dari suatu tema dan tiap 4 kali pertemuan biasanya diadakan tes atau semacam ulangan gitu buat menguji udah seberapa jauh kita mendalami bahan tersebut..

Sebelum dibabtis, Sabtu-Minggu tanggal 12-13 kemaren kita, calon-calon yang nakal dibabtis diwajibkan mengikuti ret-ret yang diadakan sama pihak gereja. Jujur waktu itu gw merasa males banget, soalnya banyak kegiatan yang bakal dilakuin hari Sabtu tuh padet banget n terpaksa batalin semua demi ret-ret ini. Yah tapi gapapa lah, belajar "memikul salib" dari hal-hal kecil. =)

W e e k e n d   B a b t i s ,   1 2 - 1 3   M a r e t

Tiga minggu setelah weekend, tanggal 3 April 2011, kami pun dibabtis SIDI di kebaktian umum 2 sama Pdt. Setiawan Oetama. Ga kerasa ud 9 bulan ngikutin katekisasi n akhirnya dibabtis. Selesai kebaktian, kami melanjutkan acara ke perjamuan kasih dari kita  sendiri. Meski rada kurang persiapan sih.. Hahaha...
Semoga kebersamaan kita sekelas katekisasi ga berenti sampe di sini aja.. =D

Sehari setelah di babtis, nyokap gw ngomong ke gw
"Udah bebas dong yah mami sekarang, sebelom di babtis kan masalah iman kamu mami n papi yang tanggung jawab. Sekarang kamu udah gede, udah mengaku percaya sendiri, bisa dong bertanggung jawab atas iman kamu sendiri."
Dibalik kalimat itu gw melihat ada tanggung jawab baru yang harus gw lakuin..
Ya, hidup sebagai orang Kristen bukan cuma berhenti sampe mengaku percaya doang, tapi juga harus jaga iman, perbuatan, dan menjadi berkat buat orang laen supaya kasih-Nya terpancar melalui kita.
"Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati." (Yakobus 2:26)


†  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  †  † 
Friday, April 01, 2011 0 comments

Kehebatan Huruf "T" Dibandingkan Huruf Lain


Tatkala Temperatur Terik Terbakar Terus, Tukang Tempe Tetap Tabah,
"Tempe-tempe" , Teriaknya.
Ternyata Teriakan Tukang Tempe Tadi Terdengar Tukang Tahu,
Terpaksa Teriakannya Tambah Tinggi, "Tahu…Tahu. ..Tahu… !"
"Tempenya Terbaik, Tempenya Terenak, Tempenya Terkenal!!", Timpal Tukang Tempe.
Tukang Tahu Tidak Terima, "Tempenya Tengik, Tempenya Tawar, Tempenya Terjelek…. !"
Tukang Tempe Tertegun, Terhenyak, "Teplakkk… !" Tamparannya Tepat Terkena Tukang Tahu.
Tapi Tukang Tahu Tidak Terkalahkan, Tendangannya Tepat Terkena Tulang Tungkai Tukang Tempe.
Tukang Tempe Terjengkang Tumbang! Tapi Terus Tegak, Tatapannya Terhunus Tajam Terhadap Tukang Tahu.
Tetapi, Tukang Tahu Tidak Terpengaruh Tatapan Tajam Tukang Tempe Tersebut, "Tidak Takut!!" Tantang Tukang Tahu. Tidak Ternyana Tangan Tukang Tempe Terkepal, Tinjunya Terarah, Terus Tonjokkannya Tepat Terkena Tukang Tahu, Tak Terelakkan! Tujuh Tempat Terkena Tinjunya,
Tonjokan Terakhir Tepat Terkena Telak. Tukang Tahu Terjerembab. "Tolong.. Tolong.. Tolong..!", Teriaknya Terdengar Tinggi.
Tanpa Tunda Tempo, Tukang Tempe Teruskan Teriakannya, " Tempe .. Tempe .. Tempe..Tapi Terus Terdengar Tembakan..Tukang Tempepun Tertembak Tentara Teroris..Teretetetetetetetetetetetetetetetetet!!! Tukang Tempe Terkapar Tertembak..Tukang Tahupun Tertawa Terbahakbahak...

Teletai Teritanya..Tapek Tauuuuuuuuukkkkkkkkk!!
 
;